-->
  • Jelajahi

    Copyright © WARTANAD.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Aceh

    MENGUKUR KAPASITAS GERAKAN BARAT SELATAN ACEH

    Nov 23, 2019, 9:56 PM WIB Last Updated 2020-01-23T11:17:02Z

    Meulaboh | Pantang pulang sebelum padam, Sekali layar berkembang, surut kita berpantang, itulah slogan-slogan perjuangan yang dilontarkan dalam menyemangati sebuah gerakan, biasanya dampak slogan meningkatkan komitmen perjuangan.

    Sekedar melawan lupa tentang sejarah pergerakan di Aceh, Almarhum Tgk.Hasan Tiro merupakan sosok pahlawan berarti bagi Aceh, dimana Beliau merupakan pejuang yang berani meninggalkan kepastian, di gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Hasan Tiro umumkan dirinya sebagai Duta Aceh bukan Duta Indonesia.

    Jika kita lihat dari fasilitas  diberikan Negara di masa itu, mungkin tidak lagi mengambil resiko, namun bagi patriotisme yang didasari moral meyakini betul bahwa rezeki sudah Allah lukiskan untuknya dan tidak akan meninggal sebelum rezeki terakhir dimakannya, itulah jiwa pejuang patut dikenang seperti pahlawan Aceh lainnya dimasa lalu.

    Semangat perjuangan terus mengalir ke generasi hari ini, namun banyak sekali yang terkontaminasi dengan degredasi moral, mau berjuang serius tapi bisa dihentikan di tengah jalan oleh mereka yang punya kekuasaan dan kekayaan. mudah dicuci otaknya sehingga sering bentrok sesama dalam  melawan Neoliberalisme

    Itulah salah satu sejarah yang terukir indah di kepala saya selama mengamati pergerakan barat selatan Aceh, banyak disuarakan namun sangat sedikit tercapai tujuan, tidak jarang bentrok komunikasi sesama insan pergerakan yang terhimpun dalam wadah atau persatuan, akibat membela penguasa karena menjaga perasaan alias hutang Budi kaedahnya

    Tuntutan masyarakat barat selatan seperti angin topan , seperti banjir Bandang, sesekali datang bisa menghanyutkan rumah warga, bukan seperti ombak di lautan, aktif tak pernah berhenti mengejar pantai, konsisten dan tidak dapat dihentikan dengan kenduri laot yang sering di buat Nelayan, bahkan pada saatnya volume membesar mampu mengikis pantai hingga mengejutkan sejumlah orang.

    Sedih memang, gerakan barat selatan puluhan tahun direspon secara pelan, beda dengan suara saudara kita di timur Utara dan tengah tenggara, mereka tidak merusak barisan, kepentingan masyarakat lemah dijadikan modal pergerakan, tidak ribut sesama karena kedekatan dengan penguasa, tidak saling serang akibat beda haluan, tapi kepentingan umum dipahat bersama wajib disuarakan siapapun penguasanya.

    Dasar itu komitmen perjuangan mereka sehingga memiliki lebih dari kita, mereka perguruan tinggi sampai ke Langsa, Mereka punya angkutan umum berkelas internasional karena jalan begitu lebar, mereka punya kota kecamatan sebanding dengan ibukota kabupaten kita, mereka punya pelabuhan exspor impor, mereka punya rel kereta api, punya waduk petani, punya SDM handal, punya pemberontak konsisten, punya tim loby ulung, jalan tol bebas hambatan dan kini perlahan menguasai perusahaan dan Pemerintahan barat selatan.

    Lalu apa keberhasilan masyarakat barat selatan, kita meninggal saja masih sangat tradisional yakni di terkam buaya, di injak gajah, hanyut ke laut akibat banjir dan sejumlah tragedi lainnya, banyak SDM dikuasai orang, diberi jabatan namun bekerja harus sesuai arahan, bila membangkang biasanya berusia singkat, itulah yang sangat ditakuti kaum Borjuis, maka tunduk dan patuh menjadi tradisi sejumlah intelektual barat selatan.

    Dasar itulah yang akhirnya  tuntutan  Pemekaran Propinsi Aceh Barat Selatan (ABAS) yang akhirnya ketua pergerakan H.Tjut Agam memilih di Lantik  menjadi Ketua Majelis Adat Aceh ( MAA) Aceh Barat, tidak sanggup melawan arus godaan, banyak panitia tidak bersuara, lain lagi dengan tuntutan Barisan muda terkait  Pembangunan Terowongan Gunung Geurutee,  kemudian muncul tuntutan Pemekaran Kabupaten/Kota, disusul dengan tren kekinian tuntutan Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK) sementara Lhoksemawe telah ditetapkan, sebenarnya mudah meyakinkan karena sejumlah tokoh sentral barat selatan berada di barisan Nova, 

    Lalu apa kendala, prediksi kita mereka hanya mendengar apa selera tuan, jangan terlalu kencang nanti bisa dicabut kunci ditengah jalan hingga berakibat dijauhi orang, maka walaupun itu diakui sangat dibutuhkan barat selatan tapi demi keaman jabatan. Solusinya Diam.

    Jika kita perhatikan komentar Plt.Gubernur Nova Iriansyah diberbagai media, baik tuntutan pembangunan terowongan Geurute maupun Kawasan Ekonomi di barat selatan apalagi angin pemekaran, sepertinya tidak ada satu orangpun yang disegan jangankan dibilang ketakutan, berkali-kali di wawancarai wartawan namun jawaban tetap tidak prioritas pembangunan yang bertahun telah disuarakan, meski longsor perlahan terjadi dalam waktu berdekatan, orang meninggal akibat jatuh ke jurang, tabrakan rentan terjadi sebab sempitnya elakan di jalan.

    Sebagai Pemuda barat selatan Aceh, saya mengharapkan kepada seluruh warga, memohon kepada ulama, exs kombantan , FORKAB maupun tokoh intelektual asal barat selatan, rapatkan barisan demi kepentingan bersama, jangan pesimis dengan hasil perjuangan, Gubernur bisa menyampaikan ke pemerintah pusat jika arus tuntutan mengalir deras, semua boleh kita mintak, jangan kita ukur uang Negara, Sekardar Kita tau, sampai hari ini Barat Selatan terus tertinggal dalam berbagai hal, pelabuhan jadi tempat jualan eskrim , jalan mulai rusak, sejumlah jembatan terancam putus, dekat dengan Nova bukan berarti tak boleh Bicara', jangan sampai jabatan habis Baru terbuka mata, Oh..wilayahku tercinta.

    Meulaboh, 23 November 2019
    Salam Forum Komunitas Muda Barat Selatan Aceh (Forum KMBSA)

    Fitriadilanta
    Ketua Umum
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini