Pidie ( Wartanad.id)– Sudah lebih dari dua pekan masyarakat Aceh hidup dalam kondisi jaringan internet yang tersendat-sendat. Keluhan publik kian meluas karena gangguan ini tidak hanya memutus komunikasi dan melemahkan roda ekonomi, tetapi juga berimbas langsung pada layanan perbankan, khususnya transaksi di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik Bank Syariah Indonesia (BSI).
Sejumlah nasabah BSI mengaku dirugikan setelah saldo mereka terpotong, sementara uang tunai tidak keluar dari mesin. Fenomena ini memicu keresahan luas dan menimbulkan pertanyaan serius terkait tanggung jawab bank maupun penyedia jaringan.
“Saya tarik Rp1.000.000 di ATM BSI, mesin berhenti mendadak, uang tidak keluar, tapi saldo rekening sudah berkurang terlihat pada saat pemberitahuan dari SMS bengking. Sampai sekarang tidak ada kejelasan kapan uang saya kembali,” keluh seorang nasabah di Kabupaten Pidie, Kamis (4/9/2025)
Keluhan serupa bermunculan di berbagai kabupaten lainnya. Banyak nasabah panik karena uang yang terserap tidak bisa langsung dikembalikan, sementara pihak bank disebut tidak memberikan jawaban yang memadai.
Dampak Meluas: Ekonomi, Pendidikan, hingga Pemerintahan
Gangguan internet selama dua pekan terakhir tidak bisa dianggap masalah kecil. Para pelajar kesulitan mengikuti pembelajaran daring, pedagang online merugi karena gagal bertransaksi dengan pelanggan, hingga layanan administrasi pemerintahan terhambat. Kini, masalah pada ATM menambah daftar panjang keresahan masyarakat.
“Ini bukan sekadar gangguan teknis. Ketika saldo masyarakat hilang begitu saja, artinya ada kelalaian sistem yang serius. Bagaimana mungkin bank sebesar BSI tidak segera memberi penjelasan terbuka?” kritik seorang aktivis mahasiswa di Banda Aceh.
Desakan Transparansi dan Tanggung Jawab
Masyarakat mendesak BSI dan penyedia layanan internet untuk tidak berdiam diri. Mereka menuntut adanya kejelasan terkait:
1. Penyebab gangguan yang membuat sistem perbankan terganggu.
2. Mekanisme pengembalian dana bagi nasabah yang dirugikan.
3. Jaminan agar kejadian serupa tidak terulang.
“Sudah dua minggu lebih masyarakat menderita, tapi tidak ada pernyataan resmi. Ini kesannya publik sedang diuji kesabarannya. Kalau uang rakyat bisa hilang begitu saja karena alasan ‘gangguan jaringan’, berarti ada yang salah dalam tata kelola,” tegas seorang tokoh pemuda di Sigli.
Diamnya Pihak Bank dan Operator
Hingga berita ini diturunkan, baik pihak Bank Syariah Indonesia (BSI) maupun operator jaringan telekomunikasi yang beroperasi di Aceh belum mengeluarkan keterangan resmi. Kondisi ini semakin memperkuat kesan bahwa masyarakat dibiarkan menghadapi kerugian sendiri, tanpa kepastian kapan permasalahan akan diselesaikan.
Publik berharap pemerintah daerah maupun pusat segera turun tangan menekan pihak terkait agar memberikan solusi cepat dan konkret. “Gangguan internet boleh saja terjadi, tapi ketika sudah merugikan rakyat sampai kehilangan uang, maka ini bukan lagi sekadar gangguan, melainkan bencana layanan publik,” tutup seorang warga di Pidie.