Wartanad.id - BANDA ACEH - Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin ( RSUDZA), Isra Firmansyah meluncurkan Formularium Alat Medis Habis Pakai ( AMHP) dan Bahan Medis Habis Pakai ( BMHP) di Auditorium RSUDZA Banda Aceh, Senin (10/7/2023).
Formularium ini menjadi satu panduan kepada pengguna dan pihak terkait di lingkungan RSUDZA yang mengedepankan sisi farmakoekonomi, kemanfaatan, dan kualitas bagi pasien.
Sehingga hal ini dapat mengefisienkan pengelolaan dan pemakaian alat medis dan bahan medis.
“Efesiensi itu sangat penting karena selama ini keberlangsungan pelayanan rumah sakit itu tidak terlepas dari pembiayaan. Jadi setelah kita membentuk tim, ternyata AMHP dan BMHP dapat dilakukan penghematan,” ujarnya.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA), Isra Firmansyah dan Ketua Komite Formularium AMHP dan BMHP, dr Teuku Yusriadi SpBA menandatangani buku Formularium AMHP dan BMHP RSUDZA di Auditorium RSUDZA Banda Aceh, Senin (10/7/2023).
Isra berharap, dengan diberlakukannya formularium ini kedepannya bisa berhemat menggunakan BMHP pada unit kerja, terutama di layanan khusus seperti kamar operasi, unit cuci darah, laboratorium, radiologi dan lain lain.
“Khusus layanan operasi, tim juga turut menyusun paket BMHP operasi. Misalnya dalam satu tindakan operasi, berapa kassa dan plaster yang diperlukan, jadi ada dalam paket tersebut. Karena selama ini bisa saja suatu tindakan operasi itu hanya memerlukan 10 kassa, tapi bisa mengabiskan hingga 40 kassa,” terang dia.
Isra menyebut, setiap paket yang tertera dalam formularium itu sudah melalui serangkaian konsultasi oleh sejumlah dokter spesialis RSUDZA.
Ia mengatakan, dengan diluncurkannya Formularium AMHP dan BMHP ini, masyarakat atau pasien juga ikut merasakan dampaknya.
“Jadi pembiayaan pelayanan akan berkurang,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Komite Formularium AMHP dan BMHP, dr Teuku Yusriadi SpBA mengatakan, ini menjadi yang perdana di rumah sakit di Aceh sebagai panduan pemakaian alat dan bahan medis habis pakai.
Pemanfaatan formularium ini kita harapkan dapat bersinergi dengan perubahan perilaku user dalam menggunakan AMHP/ BMHP secara rasional, tepat sasaran dan mengutamakan konsep kendali mutu serta kendali biaya,” ujarnya.
Dikatakan dr Yusriadi, penyusunan formularium ini dilatar belakangi tingginya angka pemakaian BMHP yang hampir 53 persen anggaran rumah sakit.
Sehingga diperlukannya efisiensi dan penertiban alur pengusulan dan bijak dalam pemanfaatannya.
Untuk efisiensi penggunaan BMHP ini, lanjut dia, diperlukannya kolaborasi layanan dengan penghematan, yakni mengoptimalkan masa rawatan (long of stay), pemeriksaan penunjang sesuai indikasi dan selektif memberikan obat-obatan serta mengutamakan konsep kendali mutu dan kendali biaya.
“Jadi kita akan memberi sesuai dengan yang dibutuhkan dengan tetap mempertimbangkan keselamatan,” pungkasnya.