Wartanad.id | Banda Aceh — Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh mengoptimalkan seluruh armada transportasi laut, udara, dan darat guna mendukung percepatan penanganan masa tanggap darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh 2025. Hingga saat ini, fokus utama diarahkan pada distribusi logistik vital, evakuasi warga terdampak, serta pembukaan akses menuju wilayah-wilayah yang terisolasi akibat rusaknya jalur darat.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh, T. Faisal, ST., MT., menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam menghadapi berbagai kendala akses, khususnya di daerah yang terputus jalur transportasi darat.
“Sejak awal bencana, Dishub Aceh telah mengerahkan seluruh sumber daya yang tersedia. Ketika akses darat terputus, kami langsung memaksimalkan jalur laut dan udara, terutama untuk mengangkut kebutuhan vital masyarakat serta membuka konektivitas ke wilayah terisolasi, termasuk ke kawasan dataran tinggi Gayo,” ujar T. Faisal di Banda Aceh, Jumat (12/12).
Transportasi Laut Jadi Tulang Punggung Distribusi
T. Faisal merinci, operasi transportasi laut menjadi tulang punggung distribusi logistik selama masa tanggap darurat. Sejak status darurat ditetapkan Gubernur Aceh, Dishub Aceh telah melaksanakan 32 trip pelayaran menggunakan 12 unit kapal. Dari operasi tersebut, sebanyak 817 penumpang berhasil diangkut, disertai distribusi lebih dari 180 ton bantuan logistik ke berbagai wilayah terdampak.
Selain distribusi bantuan, Dishub Aceh juga memprioritaskan kelancaran pasokan energi. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah memfasilitasi pengangkutan 1.455 ton LPG menggunakan kapal penyeberangan KMP Aceh Hebat 2 dari Pelabuhan Krueng Geukueh menuju Pelabuhan Ulee Lheue.
“Kami mengoperasikan KMP Aceh Hebat 2 untuk mengangkut delapan unit truk skid tank LPG, serta KMP Wira Loewisa yang membawa sembilan unit truk tangki LPG dan lima unit truk tangki BBM. Ini merupakan langkah antisipatif agar suplai gas dan BBM tetap terjaga di tengah kondisi darurat,” jelas Faisal.
Evakuasi Warga dan Penguatan Logistik
Dalam operasi kemanusiaan lainnya, KN Antares diberangkatkan dengan muatan 80 ton bantuan logistik dan tenda darurat menuju Krueng Geukueh. Sementara itu, KMP Ekspres Bahari mengevakuasi 177 warga dari wilayah Langsa dan Aceh Utara, sekaligus mengangkut bantuan logistik untuk masyarakat terdampak.
Dishub Aceh juga aktif berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan RI guna mengalihkan sejumlah rute kapal perintis. Upaya ini membuahkan hasil dengan beroperasinya kapal perintis menuju Pelabuhan Ulee Lheue, Krueng Geukueh, Kuala Langsa, hingga Belawan, sehingga arus logistik dan mobilitas tetap terjaga.
Akses Udara untuk Wilayah Terisolasi
Untuk wilayah pedalaman seperti Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah yang mengalami gangguan akses darat, Dishub Aceh berhasil mengoordinasikan pengoperasian pesawat Pegasus milik PT PGE. Moda transportasi udara ini berperan penting dalam mengirimkan bantuan mendesak sekaligus menjaga konektivitas daerah dataran tinggi yang sulit dijangkau.
T. Faisal menegaskan, Dishub Aceh akan terus melakukan evaluasi dan penyesuaian strategi transportasi sesuai perkembangan kondisi di lapangan. “Prioritas kami adalah keselamatan masyarakat, kelancaran distribusi logistik, dan memastikan tidak ada wilayah yang terisolasi terlalu lama akibat bencana,” pungkasnya.(**)

