-->
  • Jelajahi

    Copyright © WARTANAD.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Aceh

    Masih Setengah Jalan, Belum Selesai

    May 21, 2019, 9:54 AM WIB Last Updated 2020-01-23T13:08:59Z
    Oleh : Firda Mardiana (Pegiat Forum Aceh Menulis).

    Dari sejak awal kuliah kucoba pahami kehidupan dalam perantauan ini. Semua terlihat begitu asing, tanpa orang tua bahkan saudara. Dengan segela tuntutan kebutuhan sehari-hari dan tantangan akan penyesuaian diri, aku sungguh tidak menikmati ini. Semua hal tampak berubah total, segala aktivitas harus kuubah, begitu pula pola pikirku.

    Aku adalah pribadi yang cukup gemar mencari pundi-pundi penghasilan (ya kalian pasti paham itulah uang). Aku senang menciptakan produk-produk hasil rancanganku sendiri, tapi apalah daya usahaku berhenti di tengah jalan, lagi-lagi karena mengikuti perkataan orang tuaku. Mereka tidak mengizinkanku untuk sibuk dengan usaha kecilku itu, ya seperti harapan orang tua lainnya, mereka menginginkan aku untuk fokus kuliah dan segera menjadi sarjana.

    Pikirku memang sedikit melenceng dari hal yang seharusnya, kurasa orang tuaku masih belum percaya dengan usahaku yang menghabiskan banyak modal, tak kunjung ada keuntungan, dan tampak semakin merugikan. Ya sudahlah kucari jalan lain saja yang sudah pasti tak membutuhkan modal. 

    Aku termasuk orang yang paling aktif di sosial media, terutama Instagram. Belum terlalu lama sih, tapi sepertinya aku sedikit berbakat di bidang ini dan itu kelihatannya sangat menyenangkan. Banyak kudengar orang mengatakan bahwa Instagram itu banyak dampak buruknya, sebaiknya dikurangi penggunaannya, atau bahkan tak perlu berkecimpung di dunia itu. Akan tetapi, dari segi pandanganku semua itu tergantung pada diri kita sendiri bukan? Kuperhatikan segala aktivitas para pengguna aplikasi itu ada yang memposting hal-hal yang bermanfaat untuk orang lain dan ada yang datar aja gitu dengan foto ala-ala ditambah caption seadanya. Nah, setelah kuselidiki, ternyata aplikasi itu juga bisa mencetak uang lho, teman-teman! Hal yang paling menariknya lagi, itu bisa didapatkan tanpa membutuhkan modal. Wah, mantap nih! Di lain sisi, ternyata tak semudah dibayangkan, untuk meraihnya juga ada persyaratan. Yah sudah pasti harus jadi Selebgram terlebih dahulu. Pikirku, “aku punya modal apa untuk itu? Cantik? Biasa saja, punya kamera yang bagus? Tidak juga, pandai atau bisa bagi ilmu untuk orang lain? Hmm lebih-lebih aku gak punya bakat.

    Seiring berjalannya waktu, Alhamdulillah Allah menyadarkanku bahwa masih ada yang lebih penting dari itu, yaitu akhirat. Sepertinya dahulu aku terlalu sibuk memikirkan tentang pencapaianku di dunia saja, tidak terpikirkan untuk menyeimbangkannya dengan akhirat. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti mengejar semua itu dan mencoba memperbaiki dulu hal-hal yang salah dari diriku.

    Kini, postinganku berubah menjadi catatan-catatan kecil sebagai pengingat diri yang sangat kuharapkan bisa berguna untuk insan yang lainnya. Tak lama setelah itu, rezekiku datang bertubi-tubi, sampai-sampai aku hampir mengakhiri masa kejombloanku. Akan tetapi, ya balik lagi ke perizinan dari orang tuaku. Mereka tidak cukup yakin dengan pria-pria yang akan menghalalkanku. Di kondisi itu pula, aku ditawarkan untuk mengambil sebuah peran di sebuah film pendek tentang hijrah yang akan dipostingkan di sebuah youtube. Nah! Disitulah aku mulai mempertimbangkan youtube sebagai wadah penghasilan. Antusias masyarakat sangat luar biasa akan film itu dan yang sangat membanggakan, film tersebut tidak hanya digemari oleh masyarakat Aceh saja, akan tetapi juga masyarakat yang ada di pulau-pulau Indonesia lainnya.

    Aku yang sekarang benar-benar telah menjadi mahasiswa, kampung halamanku yang sebenarnya seakan  tersebutkan sebagai rumah kedua. Tentu saja dikarenakan aku lebih banyak menghabiskan waktuku di Kota Mahasiswa, tepatnya di Ibukota Provinsi Aceh ini. Keadaan itu mengharuskanku untuk tidak bisa bergabung lagi dalam film pendek di kabupatenku itu, hanya saja saat mereka membutuhkanku, aku hanya bisa mengirimkan video pribadiku untuk mereka. Itu sedikit membuatku kesulitan, dengan jadwal yang cukup padat dan harus mengambil video-video itu sendirian tanpa bantuan.

    Tepat di Tahun 2017, aku mengikuti sebuah organisasi dan disana aku dipertemukan dengan seorang laki-laki yang kini telah menjadi abang angkatku. Ia mempunyai skill yang sangat luar biasa di bidang videografi dan aku yang berinisiatif untuk membuat film kisah nyataku sendiri akhirnya mengajaknya menjadi rekan dalam mengelola youtube bersama. Seiring berjalannya waktu, sama halnya seperti sebelumnya aku dan partnerku juga cukup sukses menarik perhatian masyarakat, kami diterima dengan sangan baik. Youtube itu pun cukup sukses akan tetapi aku tak paham mengapa pundi-pundi penghasilan itu belum ada di tangan. Ada perasaan ingin marah, penuh tanya mengapa begini hasilnya, benar-benar di luar dugaan sebelumnya. Aku mencoba mengikhlaskan karena juga konten yang kami bawakan berisi tentang ajakan-ajakan untuk menjadi orang yang beriman. Jadi, kuanggap saja aku telah mendapatkan bayaran langsung dari Tuhanku.

    Youtube masih menjadi sasaran utamaku untuk meraih mimpi itu. Setidaknya aku bisa mengurangi beban orangtuaku untuk membiayai pendidikanku sendiri. Aku berpikir untuk mengawalinya dari 0 lagi, akan tetapi hasilnya juga tak sejalan dengan rencana. Berjuang sendiri itu akan berdampak kepada komitmen yang sulit untuk dibangun dengan kokoh. Ternyata benar, buktinya sampai sekarang aku masih mengisi konten youtubeku di saat aku benar-benar ada waktu, tidak ada deadline, dan tidak ada tuntutan. Sepertinya aku kembali membutuhkan partner kerjaku dan yang sekaligus merupakan bagian dari hidupku. Siapakah itu? Mungkin saja dialah pendamping hidupku.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini